Workshop Techno: Penelitian dan Komersialisasi
Auditorium FTI UII, Pubkom
Pada
tanggal 26 Desember 2012, bertempat di Auditorium FTI UII, diselenggarakan
Workshop Technopreneurship Jurusan Teknik Kimia FTI UII. Acara dimulai pukul
09.00 WIB, dimoderatori oleh Ir. Agus Taufiq, M.Sc. yang merupakan salah
seorang dosen Teknik Kimia. Bertindak selaku pembicara adalah Drs. H. A. Hafidh
Asrom, MM yang merupakan Anggota DPD/MPR-RI dari wilayah Yogyakarta.
Sebagai
pengantar, technopreneurship memiliki
hubungan dengan apa yang disebut entrepreneurship.
Entrepreneurship adalah proses
mengelola risiko untuk sebuah usaha/bisnis yang baru. Sementara
technopreneurship yang merupakan akronim dari technology entrepreneurship, memerhatikan dua hal yakni penelitian
dan komersialisasi. Penelitian merupakan penemuan pada aspek ilmu pengetahuan,
sedangkan komersialisasi didefinisikan sebagai pemindahan hasil penelitian dari
laboratorium ke pasar dengan cara yang menguntungkan.
Adapun
teknologi merupakan cara untuk mengolah sesuatu agar terjadi efisiensi biaya
dan waktu, dengan harapan bisa menghasilkan produk yang lebih berkualitas. Contoh
sukses technopreneur antara lain,
Henry Ford yang menciptakan mobil Ford, Soichiro Honda yang menciptakan mobil
dan sepeda motor merk Honda, dan Soetjipto Sosro yang menciptakan teh botol
Sosro. Technopreneurship pada
prinsipnya berpusat pada teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang
mana teknologi itu dapat dijual untuk mendapatkan keuntungan (profit).
Sedangkan entrepreneurship pada
umumnya berhubungan dengan menjual dan mendapatkan profit.
Technopreneur tidak hanya bermanfaat
bagi dunia industri, tetapi juga dapat bermanfaat bagi masyarakat secara
ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Secara ekonomi, technopreneur mampu
meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan juga pendapatan. Selain itu, ia
dapat menciptakan lapangan kerja baru yang mampu menggerakkan sektor ekonomi.
Sementara itu dari segi sosial, ia mampu membentuk budaya baru yang lebih
produktif dan bisa memberi sumbangan dalam penyelesaian masalah-masalah sosial.
Ditinjau dari segi lingkungan, technopreneur
memanfaatkan bahan baku dari sumber daya alam secara lebih produktif dan
meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya, terutama sumber daya energi.
Sebagai
penutup, technopreneurship dapat
digunakan untuk penyelesaian masalah-masalah air, energi, kesehatan, pertanian,
dan keanekaragaman hayati. Misalnya, solusi teknologi irigasi, produk teknologi
alternatif energi listrik tenaga air (mikrohidro), produk berbahan baku lokal herbal
terstandar (fitofarmaka), teknologi perikanan dan peternakan, serta teknologi
pengolahan produk makanan. Supaya perguruan tinggi dapat menerapkannya di
masyarakat, diperlukan kerja sama antara perguruan tinggi dan dunia industri.
Komentar
Posting Komentar