Workshop Motivation: Membangun Integritas Mahasiswa



Audio Visual FTI UII, Pubkom
Setelah mengadakan Workshop Technopreneurship pada tanggal 26 Desember 2012 lalu, Jurusan Teknik Kimia FTI UII kembali mengadakan workshop lain. Kali ini, Workshop Motivation Student pada tanggal 31 Januari 2013 dengan tema “Membangun Karakter Mahasiswa yang Berintegritas”. Bertempat di Ruang Audio Visual 01.10 FTI UII, acara workshop dibuka oleh Sekretaris Jurusan Teknik Kimia Ir. Sukirman, M.M. dan diisi oleh Tri Yannie Endraswari, S.T., M.Psi., M.A. Mbak Yannie, demikian sapaan akrabnya, merupakan alumni Teknik Kimia Konsentrasi Teknik Tekstil Angkatan 1993. Ia mengambil S2 di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta lalu melanjutkan ke Master Program ke Liverpool State University (LSU), England. Kini, ia tengah menempuh studi S3 di LSU dan sedang berada di Indonesia karena libur musim dingin.
Acara yang diikuti sekitar 20 orang mahasiswa ini dimulai pukul 09.15 WIB. Sebagai pembuka, Yannie menceritakan kisahnya selama menjadi mahasiswi UII. UII kala itu merupakan kampus perjuangan yang cukup vokal dalam mengawal isu-isu kebangsaan. “Kampus ini membuat saya besar, membuka mindset saya,” kata Yannie. Setelah lulus, ia mulai berpikir untuk ikut memperbaiki sistem di Indonesia. Maka, diputuskannya mengambil studi psikologi hingga kini berada di jenjang S3. Presentasi lalu dibuka dengan paparan teori psikologi tentang karakter. “Saya tahu pasti bosan dengan teori, tapi sesuatu yang berbau praktis, pasti ada landasan teoritisnya,” lanjut staf pengajar KPK ini. Pada akhirnya, terdapat five noble characters, yaitu patuh, amanah, kasih sayang, rendah hati, dan sabar.
Paparan materi mulai dibawa Yannie mendekati tema dengan pertanyaan, “What is your dream?” Apapun mimpi-mimpi itu yang terpenting saat ini sebagai mahasiswa adalah wisuda tepat waktu, memperoleh pekerjaan tanpa suap, dan membangun keluarga yang harmonis. Kemudian, Yannie berlanjut pada kondisi integritas bangsa Indonesia. Kondisi tersebut tampak dari nilai indeks pretasi korupsi, hasil survei, dan jajak pendapat mengenai korupsi di Indonesia. Realita korupsi semakin diperjelas dengan berita Susno Duadji dan berita Gayus Tambunan, serta kutipan dari para ahli, seperti Nanan Soekarna dan Bagir Manan. Sanksi hukum bagi para pelaku korupsi pun bukan tempat yang menakutkan dan memalukan. Bagaimana kondisi/potensi karakter dan intergritas perguruan tinggi di Indonesia? Ada sejumlah hal yang dapat menghambat mahasiswa, yaitu narkoba (sanksi akademis, sanksi penjara, dan sanksi jiwa), free sex (hamil di luar nikah, aborsi), dan kekerasan antar mahasiswa (sanksi akademis, sanksi fisik, dan sanksi penjara). Masalah integritas yang tak kalah penting adalah kejujuran dalam menghadapi ujian (menyontek) dan saat dibayar untuk melakukan demo.
Solusi dari masalah integritas tersebut adalah membangun kepedulian. Pertama, dengan mengubah mindset jangka pendek (konsumtif, masa lalu, pesimis, cari masalah) ke mindset jangka panjang (produktif, masa depan, optimis, temukan solusi). Kedua, dengan membangun empati melalui jabat tangan, senyum, dan sapa. Empati juga dapat dibangun dengan menjaga kebersihan seperti kebersihan rumah dan kamar kos, serta menjaga ketenangan seperti menerima telepon dengan memelankan suara ketika berada di public places. Ketiga, dengan masuk dan berada dalam komunitas (keluarga, teman). “Kadang, kita menghormati tamu tidak semulia menghormati anggota keluarga. Tamu diberi makan dan minum, adik sendiri disuruh-suruh beli apa di toko,” ujar Yannie terkait komunitas yang paling dekat dengan kita, keluarga. Dan keempat, mentoring system, yaitu a brain to pick, an ear to listen, and a push in the right direction (John Crosby). Keluaran yang diharapkan dari solusi-solusi yang dimaksud adalah mahasiswa dapat wisuda tepat waktu, memperoleh pekerjaan tanpa suap, dan membangun keluarga yang harmonis, untuk selanjutnya mengejar mimpi-mimpinya.
Di sela-sela materi, Yannie sempat berbagi tips tentang wawancara dunia kerja. Salah satunya adalah cara berjabat tangan yang dilakukan dengan tidak terlalu kuat dan tidak pula terlalu lemah. Lalu, cara menatap wajah yang tidak menatap mata, tetapi ke area segitiga kedua mata dan hidung. Kemudian, cara menjawab ketika ditanya tentang kekurangan diri. Setelah menjelaskan kekurangan diri kita, ada baiknya diikuti dengan, “Setiap orang punya kekurangan dan sekarang ini pun saya tengah berproses untuk terus memperbaikinya.” Yannie juga sedikit mengulas tentang kurikulum pendidikan anak yang fokus pada pengembangan otak kiri saja, seperti fisika dan matematika. Padahal, anak yang pintar menari dan menyanyi pun tak kalah pentingnya karena itu mengembangkan otak kanan. “Akibatnya, kita dipenuhi orang-orang pintar yang terburu-buru dalam mengambil keputusan.” Sebagai saran, orang-orang yang merasa dirinya terlalu fokus dengan otak kiri dapat mulai melatih otak kanannya, antara lain dengan mendengarkan musik dan membaca novel.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumpulan Buku Wajib bagi Mahasiswa Teknik Kimia

Jamtek 2012 Indoor Hari Pertama